Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

DAGING BABI, KENAPA HARAM SIH?

TIGA AGAMA SAMAWI MENGHARAMKAN DAGING BABI

Selama ini kita seringkali beranggapan bahwa agama lain membolehkan pemeluknya memakan daging babi. Padahal sebenarnya tidak demikian, daging babi itu juga termasuk makanan yang diharamkan bagi pemeluk agama lain, yaitu agama samawi yang turun dari Allah SWT untuk umat terdahulu, Nasrani(Kristen) dan Yahudi.

Islam
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah...(QS. Al-Maidah: 3)

Yahudi
Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami
ceritakan dahulu kepadamu dan Kami tiada menganiaya mereka, akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. An-Nahl: 118)

Nasrani (kristen)
Imamat, Bab 11, versi 7: bahwa Tuhan mengakui babi adalah tidak suci untuk penganut Kristian. Kemudian dalam versi 8, Tuhan
berfirman: "Daging binatang-binatang itu janganlah
kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh, haram semuanya itu bagimu". Perintah ini diulang dalam Ulangan, 14:7-8. Kemudian dalam Jesaya (Isaiah), 65:2-4 dan 66:17, Tuhan memberi ancaman keras kepada orang yang makan babi.

Kalaupun sekarang mereka memakan babi, ketahuilah bahwa mereka sedang melakukan maksiat dan kemungkaran kepada Allah SWT. Sebab kitab suci yang turun kepada mereka dahulu, secara tegas mengharamkan babi. Lalu para pendeta dan rahib mereka melakukan tindakan jahat yang dicatat dalam tinta sejarah, yaitu mengubah ayat-ayat Allah SWT itu dan digadaikan dengan harga yang murah sekali.

Sesetengah orang Kristian menyadari akan pengharaman ini daripada Tuhan, tetapi mereka mengatakan bahwa mereka boleh makan babi karana St Paul mengatakan semua makanan adalah suci dalam suratnya kepada Roma 14:20. St Paul berkata demikian karana dia percaya (seperti dalam surat yang ditulisnya kepada Efesus 2:14) yaitu Nabi Isa telah memansukhkan(membatalkan) hukum ini serta dengan semua perintah dan peraturannya.

Nampaknya, St. Paul telah keliru dengan apa yang didengarnya dari Nabi Isa. Dalam Injil yang ditulis oleh Matius 5:17-20, Nabi Isa dilaporkan telah berkata yang sebaliknya, yaitu seperti berikut: "Jangan kamu menyangka bahawa aku datang untuk memansukhkan (meniadakan) hukum-hukum Taurat atau kitab para Nabi…….".

Para rahib dan pendeta mereka telah mengubah ayat-ayat Taurat dan Injil
yang turun dari langit dengan selera mereka sendiri. Apa yang telah
dihalalkan Allah SWT, mereka haramkan. Sebaliknya, apa yang telah Allah SWT haramkan, justru mereka halalkan.Lalu hasil penyelewengan terhadap perintah dan ayat-ayat Allah SWT kemudian diikuti secara takqlid buta oleh para pemeluk agamanya.

Dalam Al-quran yang hadir kemudian Allah memberi peringatan keras pada mereka

”Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.
Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqarah: 79)


DUNIA MEDIS MELOGIKAN ALASAN PENGHARAMAN BABI

Baru pada masa kini, para ahli makanan baru menyadari akan hal-hal buru pada daging babi.Sekarang baru alasan-alasan yang saya kemukakan dibawah inilah yang baru ditemukan oleh para ahli/peneliti, namun tidak tertutup kemungkinan seiring kemajuan ilmu dan teknologi di zaman modern ini akan muncul alasan-alasan baru tentang efek negatif mengkonsumsi daging babi.

Alasan pertama : Dalam daging babi terdapat banyak sekali cacing pita yang menjadi berbagai sumber penyakit

Alasan kedua : Analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat), yaitu suatu senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan (beracun) dalam tubuh manusia, Senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam kenyataannya kita telah mengetahui bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh Ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni. Sistem biochemistry babi hanya mengeluarkan 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya.

Alasan ketiga : babi tidak dapat disembelih dileher karena sesuai dengan anatomi alamiahnya mereka tidak memiliki leher; sehingga darahnya tidak dapat keluar dari tunbuhnya, darah itu akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging . Hal tersebut mengakibatkan dagingnya akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun


TERLEPAS DARI ALASAN LOGIKA, ISLAM TETAP KONSISTEN MENGHARAMKAN BABI

Bagi setipa muslim wajib hukumnya berprinsip, haram tidaknya suatu makanan atau perbuatan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan alasan logis yang dipahami manusia. Kalau pun ada hikmah, sifatnya hanya tambahan, sama sekali tidak berpengaruh kepada substansi hukumnya.

Babi itu haram karena Allah SWT telah menetapkan keharamannya. Bukan hanya semata-mata karena mengandung cacing pita, bakteri, virus, uric acid atau alasan apapun. Tetapi karena kita percaya kepada Allah SWT, kita percaya keaslian kitab suci Al-quran, dan juga karena kita percaya kepada Rasulullah SAW.

Bila alasan kita tidak makan babi hanya semata-mata alasan ilmiah dan kesehatan, maka babi itu akan halal hukumnya sebab di zaman sekarang ini sudah banyak ditemukan teknis memasak babi yang bisa mematikan semua jenis virus, bakteri dan cacing pita.

Demikian pula secara fisik, tidak ada bedanya antara ayam yang disembelih dengan mengucapkan basmalah dengan yang disembelih dengan menyebut nama tuhan selain Allah. Secara fisik, keduanya bersih, suci, tidak kotor, bahkan tidak ada racun apapun. Tetapi di pandang dari sudut syariat, hukum keduanya berbeda. Yang satu halal karena disembelih dengan basmalah, sedangkan yang satunya haram, karena disembelih dengan menyebut nama tuhan selain Allah.

Kalau agama yang kita jalani ini harus selalu dikembalikan kepada
alasan-alasan yang bersifat kebendaan, ilmiah atau aspek fisik semata, maka bubarlah agama ini. Padahal landasan agama itu adalah iman, yang
berarti percaya kepada Allah SWT.

Kalau Allah bilang merah, maka kita ikut
bilang merah. Sebaliknya, kalau Allah bilang hitam, maka kita pun bilang hitam. Kita tidak akan memilih merah atau hitam, kecuali karena Allah yang menetapkan.
Mengapa kita harus bersikap demikian? Jawabnya adalah karena Allah SWT itu tuhan. Sebagai tuhan, tentu saja semua apapun yang ditetapkannnya harus kita patuhi tanpa reserve, tanpa ditunda,tanpa ditanya-tanyai sebabnya dan tanpa dimintai alasannya.

Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung(QS. An-Nuur: 51)

1 comments:

ardyan said...

wah ternyata babi serem ya....

Post a Comment

commentnya disini!