Kota banda aceh diguyur hujan mulai dari tadi pagi, malamnya pun masih belum ada tanda-tanda hujan akan reda, gerimis yang silih berganti dengan hujan yang agak lumayan terus menari menghiasi malam kota banda aceh, membuat orang –orang malas beraktifitas dan memilih lebih cepat meringkuk dibawah selimut tebal, termasuk diriku juga yang mengikuti panggilan jiwa melawan hawa dingin sekitar dengan menyelimuti diri dibawah kain tebal bernama selimut.Suasana malam begitu hening, hanya terdengar suara kodok-kodok jantan mendendangkan rayuan bagi sang betina tuk melewati malam dingin itu bersama.
Aku baru kembali dari kamar mandi menyelesaikan hajat yang berulang-ulang mengganggu kenyamanan tidurku.Memang secara fisiologis urin lebih sering diproduksi oleh tubuh ketika musim hujan, Kulihat Hp ku yang kuletakkan dekat setumpuk copyan bahan kuliah berkedap-kedip. SMS masuk pikirku
Aku sengaja mengganti Profil Hp agar tidak menggangguku dengan teriakannya atau getarannya saat ada call atau SMS masuk karena aku harus konsentrasi belajar untuk ujian besok,
‘Tmn2 bahn Kul jntg bwaan dittp di monika. By: komting’
kuraih jaket yang tergantung dibelakang pintu serta sebuah jelbab bongkar pasang yang lagi nge-tren sekarang untuk keluar rumah menuju tempat dititipkan bahan kuliah yang tempatnya sudah kuhafal luar kepala tentunya.Aku tak ingin sampai tak punya bahan kuliah gara-gara halangannya hanya cuaca seperti ini sehingga besok aku hanya menatap langit-langit ruangan ujian mencari jawaban diantara langit-langit lotengnya yang mulai aus termakan usia atau terpekur menanti datangnya ilham,oh no way!
Kulirik jam dinding, sudah jam 9 lewat 15 menit, aku tak mungkin keluar sendiri karena sudah terlalu larut untuk malam-malam musim hujan seperti ini, suasananya pasti sepi dan menurutku tak baik keluar sendiri untuk kondisi seperti ini. Ku SMS Novi temanku yang kost-annya paling dekat dengan rumahku. Sambil menunggu balasan SMS darinya, kucari payung yang sekarang benar-benar aku butuhkan dibelakang.alhamdulillah ketemu, ia tergantung manis didinding dapur.
**
“bang, bahan FK ’06 tentang Kelainan jantung bawaan ada dititip disini nggak?”tanyaku pada salah satu pekerja di toko monika foto copy itu.
Lelaki yang ku tanya itu memanggil temannya.
“joel,ada bahan anak FK O6 yang tadi dititip disini?” tangannya masih sibuk mengoperasikan mesin foto copy.
Sejurus kemudian Lelaki yang dipanggil dengan nama joel itu sibuk mencari lembaran kertas yang dimaksud
“hmm, ni ”lelaki yang dipanggil Joel tadi telah menemukan bahan kuliah yang kumaksud
“mau di copy berapa rangkap dek”tanyanya
“dua aja bang” jawabku cepat.
Lelaki itu hanya mengangguk.
“Duduk diluar yok vi” ajakku
“duluan aja ra, aku nyari stabilo dulu disana”sambil menunjuk kearah beberapa rak yang ditempati oleh alat tulis yang ada bagian kiri ruangan toko.
“iya”jawabku singkat
Aku keluar, duduk dibangku yang ada diteras toko sambil memandangi hujan yang tiada henti-henti mengguyur bumi.kutatap langit malam, begitu kelam warnanya, tak ada bulan atau setitikpun bintang menerangi.
Tiba-tiba sesosok tubuh kecil, kurus dan agak kumal menghampiriku.kemudian duduk tepat disampingku seraya menghulurkan selembar kertas agak keras karena terpres yang dihinggapi titik-titik hujan. lembarannya tak begitu menarik menurutku.
Kubaca judul besar dibagian paling atas tanpa suara
SURAT KETERANGAN PENDUDUK MISKIN. Kubaca lembaran itu hingga akhir
“tinggal dimana dek?”tanyaku walau telah kubaca alamatnya dalam lembaran yang diperlihatkan padaku
“kampong keramat kak”jawabnya lugu
“jauh banget,…,kok. Dah jam segini belum pulang?”tanyaku lagi
“saya belum bisa pulang kak kalau belum dapat uang 15 ribu, nenek saya sakit ,kakinya luka belum sembuh-sembuh”
“nggak dibawa kedokter dek”tanyaku lagi
“kami nggak ada uang kak”jawabnya dengan raut muka yang agak sedih
“kami orang india kak, dulu tinggal dimedan.ayah kami orang aceh udah meninggal, kami baru masuk islam”
Ceritanya beruntuk dengan gaya anak-anak
Kupandangi anak laki-laki seumuran adikku yang paling bungsu itu lekat-lekat
Kutaksir usianya 11 tahun,kulit hitam, hidung agak mancung, perawakannya mirip ras dravida dari penduduk asli india. Aku miris mendengar penuturannya, malang nian nasib anak kecil yang duduk disampingku, tapi aku tak bisa banyak berbuat apa-apa untuknya.
aku juga bukan dari keluarga berkecukupan yang hidup bergelimangan harta, aku berasal dari keluarga pas-pasan yang mencoba melawan nasib agar tak selalu dalam cengkraman kemiskinan lewat jalur pendidikan. Hidup diperantauan dan jauh dari orang tua membuatku harus super hemat, aku harus bisa mengelola uang kiriman orang tua untuk segala keperluanku disini, dari kebutuhan sehari-hari, makan, biaya copyan bahan kuliah, transportasi dan lain-lain hingga datang kiriman bulan berikutnya.
Meski hidup apa adanya atau terkadang sangat kekurangan apalagi ketika bulan tua seperti saat ini berpuasa sering menjadi pilihan mahasiswa sepertiku, tapi hati nuraniku masih lantang bersuara, ku tak mau kapitalisme menjadi bagian hidupku.Miskin bukanlah halangan bagiku untuk berbagi, karena ku yakin Tuhan akan membalas dengan lebih baik lagi bila aku ikhlas dan itu telah berkali-kali kurasakan.Aku percaya tuhanku begitu menyayangiku.Ia tak akan menelantarkan hambanya. Aku tak tega bila melihat orang lain kesusahan sedangkan aku bisa melakukan sesuatu untuk meringankannya.
“sekarang uangnya dah ada berapa dek?”tanyaku iba
“tadi udah ada 12 ribu kak, sekarang tinggal 10 ribu lagi karena dah beli 2 permen ini untuk saya dan adek dirumah”sambil menunjukkan 2 lolipopnya.
Kubuka dompetku yang sedari tadi terbaring hangat dalam kantong jaketku. Uangku Cuma tinggal 25 ribu lagi, tanggal muda masih 4 hari lagi. Tapi tak apalah kuberikan 5 ribu uangku buat makluk kecil itu agar ia bisa segera pulang karena malam sudah merangkak.
“makasih kak” segaris senyuman dibibirnya.dadaku lega, ada kegembiraan merasuk.
“sekarang udah bisa pulang dek kan, nanti nggak ada labi-labi lagi”aku mengingatkanya
“nggak kak, saya tunggu abang saya jemput disini”
“kalau begitu, kakak duluan ya, teman kakak udah datang” aku pamit karena kuliahat novi datang menghampiriku sambil membawa copyan bahan kuliah
“Pulang yok ra”ajak novi
“ayo”
Dalam derai hujan kami melangkah meninggalkan tempat itu
**
“siapa anak tu tadi ra?”tanyanya penasaran ketika sampai dirumahku
“anak yang nyari sumbangan buat neneknya yang sakit” jSelasku
“terus, kamu ngasih?”tanyanya lagi
Aku mengangguk
“kenapa dikasih? nggak baca tu dikoran kalau pengemis itu jangan dikasih sedekah, kan besar-besar ditulis disimpang lima juga, kalau pengemis itu dilarang tuk kita ngasih sumbangan, karena pengemis di kota banda aceh ini banyak bukan orang yang pantas menerima sumbangan dari kita, mereka itu ada yang diorganisir oleh pihak-pihak tertentu, atau banyak yang berpura-pura miskin,cacat, padahal tinggalnya dirumah gedongan, kalau mau ngasi sumbangan kemesjid-mesjid aja dan bla..bla..” novi menceramahi ku panjang lebar
“iya, aku menahan kata-kataku sampai disitu, aku tak mau melanjutkan kata-kataku untuk membantah argumennya yang memang benar.
Terbayang wajah pengemis kecil bekulit legam seumuran adikku itu, wajah polos yang membuatku iba dengan ceritanya. mungkinkah ia bohong padaku tentang semua yang ia ceritakan?
Aku mencoba mengingat-ingat kata-kata yang meluncur dari mulut pengemis kecil tadi,
Sekarang aku ingat , ia menunggu abangnya yang akan menjemputnya dan ia belum boleh pulang kalau uang yang didapat belum sampai 15 ribu.
logikaku mencoba menghubung-hubungkan penuturan pengemis cilik itu dengan argumen temanku novi. Mungkinkah abang yang dia tunggu itu adalah sindikat pengelola pengemis seperti yang disampaikan novi?
Tapi sudahlah, Aku tak mau menyesali kejadian itu , aku juga tak mau tau siapa pengemis cilik itu, terlebih kepolosan wajahnya ketika bercerita tentang kemalangan nasibnya, lebih dari cukup untuk menjelaskan bahwa ia benar-benar membutuhkan selembar uang lima ribuan itu.
***
Banda aceh, 14 desember 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Post a Comment
commentnya disini!