Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

LUCKY atau sabe raseuki

Setiap hendak memasuki bagian KKS (kepaniteraan Klinik Senior) baru selalu ada breefing alias musyawarah kecil yang harus dihadiri oleh para dokter muda yang akan menjalani KKS di bagian tersebut. Breefing merupakan media komunikasi dokter muda dari senior kepada junior tentang bagaimana aturan-aturan, aktivitas, sistem,dll dari suatu bagian yang hendak dijalani junior.


Pagi itu kami sekelompok yang sudah bersama-sama lebih kurang setahun, teman-teman seperjuanganku yang sudah seperti saudara kandung bagiku bersama-sama mengikuti breefing bagian ilmu penyakit dalam.

Hirup pikuk bagai pembeli dan penjual di pasar ikan bertransaksi terdengar menggema dari sebuah ruangan sempit berukuran 5x5 meter yang menampung sekitar 35 dokter muda. Maklum saja, senior yang akan menyampaikan berita resmi seputar KKS dibagain tersebut belum juga muncul padahal infonya jam 12 breefing dimulai. Memang begini sifat orang timur, jam karet.



Karena nara sumber resmi belum juga datang, secara alamiah bermunculan nara sumber-narasumber tak resmi dari kalangan dokter muda sendiri bagi teman-temannya yang lain yang mengupas “about Internal departement” yang terkenal mengerikan dan paling banyak menjaring dokter muda untuk mengulang kembali dibagian tersebut.



Disuatu sudut ruangan beberapa dokter muda berdiskusi antusias, saling menyamakan info yang diperolehnya dari teman mereka yang sudah melewati bagian tersebut. Beberapa menambahkan info yang semakin membentuk opini tentang bagian penyakit dalam itu memang “extreem”,yang membuat jantung makin Palpitasi (baca: berdebar-debar) namun beberapa yang lain membantah info “sang nara sumber ilegal” tersebut, mungkin memang yang dia dengarkan dari temannya yang sudah melewati bagian tersebut nggak gitu-gitu kali, atau Cuma ingin menegarkan hati teman-temannya yang lain yang sudah nggak karuan. Jadilah ruangan itu tempat paling bising melebihi pasar ikan disiang itu.

Tiba-tiba suara gesekan pintu dibuka yang refleks membuat ruangan yang tadinya bagai pasar ikan menjadi lengang tanpa suara. 3 orang Residen masuk di ikuti seorang dokter muda yang menjabat sebagai chief dibagain penyakit dalam saat itu. Wajah-wajah temanku mulai tegang dan cemas menanti setiap kata yang akan meluncur dari “narasumber resmi” informasi seputar KKS dibagian PD tsb.



“Semua sudah datang?” seorang laki-laki tinggi besar, yang akhirnya kuketahui sebagai salah satu residen dibagian tersebut membuka suara.

“dua orang izin dokter” jawab chief kelompok kami.

“ kemana mereka?”

“satu orang intat dara baroe dan satu lagi syukuran anaknya Khitan” Jawabnya tangkas

“ Bilang sama mereka besok, mereka harus datang dan melapor saya besok”

“iya dokter”



Hatiku mulai dag dig dug lagi, kurasa teman-temanku yang lain juga. Baru briefing nggak datang gini aja udah disuruh melapor besok, padahal udah minta izin sebelumnya dengan chief dan menurutku alasannya nggak dibuat-buat.

Dalam hati aku bersyukur karena aku berada ditempat yang tepat saat itu, padahal tadinya aku berniat tidak datang karena nggak enak badan, namun entah kenapa hari itu langkahku terayun menuju ketempat yang membuat orang-orang lebih menyukuri nikmat sehat itu, sehingga nggak ada masalah sejauh ini dipermulaan KKS bagian itu.

“Dek, bagian PD bagian paling capek, stress kita....belum lagi dengan konsulen, sama pasien aja udah luar bias stress kita” residen tinggi besar tersebut memulai ceramahnya.

“pasien-pasien disini rata-rata udah end stage, PD ini tong sampah, semua pasien dari tempat lain, yang nggak bisa ditangani lagi dibagian laen masok kesini, jadi jangan terkejot kalau tiba-tiba pasien yang kamu pegang mati, aku nggak mau liat kalian nangis” tambahnya lagi



“Dalam semalam bisa 2 atau 3 yang meninggal waktu kalian jaga,.... jangan sampai karena pasien meninggal kalian PAPS, Rugi....., mendingan dari sekarang aja PAPSnya” residen yang lain menambahkan.

“ kalian Cuma 8 minggu disini, kami 5 tahun,....PD ini berat, kalau kalian baik-baik, ikoti peraturan semua akan lancar-lancar aja”

Kulirik wajah teman disamping kiri dan kananku, dua-duanya tegang. Akupun sebenarnya juga sama. Namun kutepis kegalauan hatiku dengan melafadzkan doa. Kulafalkan sebait do’a dalam hati sambil membayangkan wajah ayah dan ibuku.

“Ya Allah mudahkanlah segala urusanku, aku ingin membahagiakan mereka maka lancarkanlah usahaku. amien”

**

Hari pertama, pagi-pagi buta kami sudah harus ada di RS, karena selain harus memfollow up pasien tiap harinya bagian PD tsb juga ada MR (morning report)-nya. Morning report adalah laporan pagi tentang keadaan pasien yang masuk saat bertugas selama 24 jam di rumah sakit. Maka apeslah siapa yang saat dia bertugas jaga, ada pasien masuk. Maka dia adalah calon yang akan menjadi presentan di MR nantinya. Sebenarnya MR itu program yang bagus sekali, itu adalah media bagi dokter muda untuk belajar “lerning by doing”, namun menjadi momok yang menakutkan bagi setiap dokter muda karena bisa saja saat berlangsungnya MR kita dikeluarkan dengan sangat memalukan.



Bayangkan saja saat kita menerima pasien baru diruangan, kita mulai dengan menganamnesa (Baca: wawancara) pasien atau keluarganya, kita melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium rutin sendiri untuk menegakkan diagnosa, setelah itu kita buat laporan dan slide yang akan ditampilkan di MR nantinya, tapi saat MR kita mengalami peristiwa yang memalukan bisa karena kesalahan fatal atau sepele. Intinya dimarahi dan dikeluarkan. Sudah nggak pulang-pulang karena ngerjain MR, harap-harap nggak di HAMBO besok dengan melakukan semua seperfect mungkin, tapi diluar perkiraan. Stress bukan??? Saat itu maka Allahlah yang bisa menolong, banyak-banyaklah berdo’a.



Bagi dokter muda yang bertugas jaga, Mendengar kata “ Ada pasien baru” merupakan stimulus tercepat yang menginduksi pelepasan serotonin (hormon yang berperan dalam stress). Maka saat nama kita mendapat giliran menerima pasien baru tersebut, harapan agar terhindar dari MR masih ada, pertama, bila pasien baru tersebut adalah pasien khemoterapi, yang kedua bila nama pasien baru yang kita pegang tersebut tidak keluar dalam undian yang akan di MR-kan, yang ketiga kalau pasien yang kita pegang tersebut MR-nya tidak pada hari MR dokter muda. Maka satu-satunya jalan meraih kemujuran tersebut sekali lagi hanyalah dengan banyak-banyak berdoa.



Hal lain yang nggak kalah membuat jantung para dokter muda takikardia (Baca : Berdetak lebih cepat) adalah “Koyan” alias “Visite besar” yang diselenggarakan seminggu sekali yaitu setiap senin. Ini adalah perayaan mingguan, Pembantaian para dokter muda dan residen oleh konsulen di bagian PD ( wow ekstrem sekali, kaya’ hitler zaman nazi aja), tapi begitulah julukan para dokter muda bagian PD untuk hari istimewa tersebut. Pada hari itu semua konsulen (Baca : Dokter spesialis) di bagain PD tersebut dari berbagai divisi datang, mengunjungi pasien-pasien diruangan PD, baik PDP maupun PDW. Semua dokter muda dan residen yang menangani pasien, masing masing harus bisa mempertanggung jawabkan pasien yang dipegangnya, dan harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh konsulen. Kalau tidak bisa, sama seperti MR, hukumannya di HAMBO (ini istilah khusus dari kami dan untuk kami sendiri). Hari itu bagai yaumil akhir, semua wajah tegang dan takut, penuh harap-harap akan syafaat, setiap jiwa diminta mempertanggung jawabkan apa yang dikerjakannya didunia, ini bedanya setiap dokter muda/ residen mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya selama mereka bertugas di bagian tersebut. Bila tidak bisa mempertanggung jawabkan, berharap-haraplah kami ada syafaat, seperti mood konsulen lagi baik, dan kemujuran yang lain, pokoknya nggak dihambo. Beti-betilah lah antara keduanya (hiperbolik sekaleeeyyyy, hehehhe)



Tapi sengeri-ngeri koyan, masih ada celah untuk menyelamatkan diri dari peristiwa tersebut, yaitu kalau dokter muda tersebut minggu itu bertugas dipoli klinik, sehingga ia tidak bertanggung jawab terhadap pasien diruang rawat inap. Maka saat nama kami keluar di daftar jaga sebagai dokter muda yang bertugas di poli klinik PD untuk minggu ini, maka berbinar-binarlah mata kami yang diikuti senyum merekah bahagia.

Selalu saja ada celah, ada harapan saat kita menyandarkan harap pada ALLAH, setiap kesulitan bahkan yang tak kita sangka akan ada jalan keluarnya, namun dengan tiadaputus doa dan harap padaNya, lalu ALLAH menunjukkan jalan keluar yang luar biasa, mungkin ini yang kadang kita sebut “lucky”, “mujur”, “untung”, “raseuki”, tapi semuanya tak lepas dari sunnatullah, bukan kebetulan semata. Ada proses dan ikhtiar kita manusia, itulah do’a.



KKS ini memang unik dan penuh misteri, ada berbagai rasa yang berpadu menjadi satu dalam tiap hari-hari yang kita jalani. Kecewa, marah, kesal, senang, syukur, semangat, sedih, putus asa, semuanya warnai-warni. KKS itu berat kecuali bagi orang yang sabar menjalaninya.(seperti salah satu ayat alqur’an saja, hehehe) Tapi satu hal jangan lupa, Keberuntungan itu adalah saat kita memahami makna ayat ini dan kita mengamalkannya.

“ Ud’uni astajib lakum”

“Berdoalah kepadaku, niscaya aku akan kabulkan”

So, mau lucky??atau “sabe raseuki”???.Banyak-banyaklah berdo’a. ^_*



Koeta Radja, 11 Juni 2011

1 comments:

HeruLS said...

Haha, kayaknya mengerikan sekali ya.
Aku percaya pasti itu latihan yang sangat berguna untuk menyiapkan diri menghadapi praktek profesi yang sesungguhnya nanti.
Sukses yah

Post a Comment

commentnya disini!