Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jejak Emas Yang Kian Terhempas

Beberapa tahun yang lalu, seorang gadis kecil duduk di sebuah ruang kelas dengan seragam putih-biru-nya, matanya mengikuti baris demi baris kalimat pada lembar kerja siswa (LKS) pelajaran PAI. Saat itu ia sedang menghadapi materi ulama-ulama dan ilmuwan besar Islam. Muncul di kepalanya, “Ah, ngapain, sih, ngapalin yang beginian? Kan lebih terkenal Einstein, atau Edison, atau siapa, tuh… bapak teori evolusi? Ah, Darwin…” dst...

Selamat, si gadis kecil telah terjebak dalam kekangan superioritas dunia barat. Benar, kan? Para pembesar pendidikan di negeri ini pun lebih banyak berkiblat ke barat sana. Lalu berbondong-bondong para guru dan orang tua mulai mengenalkan mereka pada para pembesar ilmu dari barat sana, yang beberapa teorinya ‘aneh’, bahkan tidak sedikit pula yang membeci Islam. Siapa tak mengakui teori Darwin telah bercokol kuat di dalam otak si gadis kecil dan teman-temannya? Tapi, kan, kenalan sama ilmuwan yang berjasa besar itu nggak salah. Memang tidak salah. Itu juga pengetahuan.


Ah, tapi… kira-kira berapa orang tua yang pernah mengenalkan biografi manusia mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada anaknya? Berapa yang pernah menceritakan kisah agung para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in? Siapa pula yang pernah mengenalkan imam Syafi’I, imam Ahmad, imam al Bukhari, Ibnu Katsir dan para ulama lain yang begitu besar jasanya kepada umat Islam?

Kasihan muslim-muslim kecil itu tidak mengenal barisan orang-orang mulia pada zamannya. Mereka lebih mengagumi para ilmuwan dan bahkan para filsuf barat. Saat beranjak remaja, akan kita jumpai kiblat mereka pada segala sesuatu berbau kebarat-baratan. Yang pada akhirnya, mereka merasa malu, merasa risih, jika diajak berbicara soal Islam. Soal meneladani para pendahulunya. Bukan karena mereka tidak bisa dan tidak tahu. Ya, memang banyak remaja muslim yang tidak mengetahui sosok-sosok pembesar Islam. Namun perasaan malu dan risih itu lebih dikarenakan anggapan kuno, ketinggalan jaman, tidak popular, dan stereotip negative lainnya jika membahas sejarah Islam. Allahu Akbar…

Ah, zaman memang sudah berubah. Patokan popular dan kuno juga sekendak hati kita. Tapak-tapak pembesar Islam dengan tinta emas dalam sejarah mulai ditinggalkan. Jika hari ini kita tidak memulai menyusuri kembali jejak mereka, mungkin esok kita akan berjumpa dengan sosok-sosok yang angkuh pada diin kita tercinta

sumber :http://www.eramuslim.com/oase-iman/jejak-emas-yang-kian-terhempas.htm

0 comments:

Post a Comment

commentnya disini!